Rabu, 28 Desember 2011

INDIVIDU DAN KELUARGA

Peran Keluarga & Masyarakat Demi Kelangsungan Individu Anak Bangsa

Keluarga adalah tempat atau lingkungan yang pertama dan utama bagi individu. Kita sejak lahir hingga saat ini di besarkan di lingkungan keluarga, sebab itu pendidikan pertama dan utama kita peroleh dari lingkungan keluarga itu sendiri, dalam hal ini peran keluarga atau khususnya orang tua sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula halnya dengan sekolah yang merupakan rumah ke dua bagi siswa sedangkan tenaga pendidik adalah orang tua atau keluarga ke dua bagi siswa, begitu pula dengan pemahaman tentang diri anak, guru dapat “memahami” siswanya ke dua setelah keluarga. Guru dapat memahami bagaimana lingkungan sosial, belajar maupun keperibadiannya hanya saja ada perbedaan pola asuh.

Slater (Elizabeth Hurlock 1974:353) mengungkapkan tentang empat pola dasar relasi orang tua-anak yang bipolar beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu :

  1. Tolerance-intolerance

Pengaruh yang mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego yang lemah pada diri anak.

  1. Permissiveness – strictness

Relasi orang tua-anak yang permisif dapat membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang impulsif.

  1. Involvement – detachment

Seorang anak cenderung akan menjadi ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan peduli . Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.

  1. Warmth – coldness

Relasi orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, relasi orang tua-anak yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Dari ke empat relasi ini hendaknya dapat kita jadikan landasan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak kita, begitu pula dengan kebutuhan-kebutuhan yang mendukung lainnya demi terbentuknya pribadi yang bermutu bagi anak-anak bangsa. Karena jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi dapat menyebabkan ke-tidak seimbangan perkembangan anak dan hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angaka putus sekolah, di satu sekolah dalam satu tahun terdapat 2-3 orang anak yang memutuskan untuk berhenti sekolah, jika kita kalikan dengan jumlah sekolah yang ada maka angka yang kita dapat akan menakjubkan sekaligus memperihatinkan.

Selain faktor sosial keluarga juga ada faktor penyebab yang tak kalah pentingnya yaitu Faktor Ekonomi

Masalah keterbatasan ekonomi sering menjadi alasan para orang tua maupun siswa untuk memutuskan hubungan dengan sekolah, siswa malu masuk sekolah lagi gara-gara di tagih uang BP3/SPP dan berapa siswa yang malu untuk sekolah gara-gara tidak bisa bayar buku atau LKS, entah berapa orang tua yang menangis datang ke sekolah dengan membawa surat keterangan tidak mampu dan berharap anaknya di bebaskan dari segala bentuk pembayaran di sekolah, ada juga orang tua yang terpaksa menjadi TKI untuk menopang kelangsungan hidup keluarga dan demi kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Kalaupun ada bantuan bagi siswa yang kuarang mampu di kucurkan oleh pemerintah namun tidak sebanding dengan jumlah siswa yang kurang mampu, kadang kala juga terkesan tidak tepat sasaran. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah dan butuh kepedulian dari seluruh elemen masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar