Rabu, 28 Desember 2011

AGAMA DAN MASYARAKAT

Islam dan Multikulturalisme di Inggris

Inggris (Britain) adalah negara Eropa Barat yang sejak dahulu hingga sekarang mempunyai pengaruh besar terhadap dunia. Pengaruh itu terlihat jelas, misalnya, dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Banyak tokoh-tokoh besar dunia yang berasal dari Inggris seperti Isaac Newton dan Charles Darwin (ilmuwan), serta William Shakespeare, Charles Dickens, dan J.K. Rowling (sastrawan).

Untuk membatasi permasalahan, penulis memilih topik kaum muslim (Islam) di Inggris yang merupakan salah satu bagian dari masyarakat multikultural Inggris. Alasan pemilihan topik ini karena pasca peristiwa tragedi kemanusiaan World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang kemudian disusul dengan peristiwa pemboman pada 7 Juli 2005 di kota London, dunia khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dilanda ketakutan (fobia) terhadap Islam. Akibatnya di Inggris, kaum muslim pasca tragedi kemanusiaan tersebut mendapatkan stigma kurang baik, diantaranya tuduhan sebagai kaum teroris dari lingkungan masyarakat sekitar. Pembahasan akan dimulai dari subjudul sosial dan budaya Inggris, Islam dan multikulturalisme di Inggris, dan diakhiri dengan kesimpulan.

Persentuhan Islam dengan Inggris sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu. Jejak persentuhan di antara keduanya dapat dilihat, misalnya, dari bukti disimpannya koin emas abad kedelapan yang diterbitkan oleh Raja Offa dari Mercia dengan tulisan Arab tercetak di kedua sisinya di British Museum, London.

Sejarah mencatat bahwa Eropa, termasuk Inggris didalamnya, pada Zaman Pertengahan (476-1000) berada dalam keadaan tertinggal, miskin, dan tidak beradab dibandingkan peradaban Islam yang sudah maju dan beradab pada masa itu (700-1400). Akibat terjalinnya kontak antara Islam dan Eropa pada Zaman Pertengahan, tradisi keilmuan dan filsafat yang sudah maju dari dunia Islam kemudian dipelajari oleh orang-orang Eropa. Orang-orang Eropa mempelajari banyak hal, antara lain di bidang aljabar (matematika), sosial, pengobatan, dan lain-lain . Kegiatan belajar dari dunia Islam ini pada akhirnya memicu lahirnya Zaman Pencerahan (enlightenment) pada abad ke-18 di Eropa. Akibat selanjutnya Eropa, khususnya Inggris perlahan-lahan keluar dari masa kebodohan, kemiskinan, nirperadaban (Zaman Kegelapan).

Jejak lainnya dari peradaban Islam di Inggris dapat ditemukan dari dibangunnya masjid pertama di Borough of Woking, wilayah Inggris Tenggara, pada tahun 1889 . Kemudian pada tahun 1940 disusul dengan pembangunan masjid pertama di kota London (masjid ini sekarang dikenal sebagai Regents Park Mosque). Pemerintah Inggris pada masa itu memberikan bantuan senilai 100.000 poundsterling bagi pembangunan mesjid sebagai penghargaan atas keberanian prajurit Muslim yang berjuang dan meninggal demi Inggris pada Perang Dunia I. Pada masa sekarang lebih kurang terdapat 1200 mesjid di seluruh Inggris, dan Islam adalah agama kedua terbesar yang dianut oleh rakyat Inggris . Di lain pihak, patut dicatat juga bahwa Eropa pada dasarnya tidak memberikan dukungan khusus kepada kelompok agama manapun untuk mendirikan rumah ibadah. Di tempat umum, misalnya di bandara, disediakan tempat ibadah bagi semua pemeluk agama untuk berdoa .

Sebelum peristiwa WTC 2001 yang disusul dengan pemboman yang menewaskan 50 jiwa dan melukai 700 jiwa lainnya oleh kaum ekstremis di London pada Juli 2005 lalu, hubungan antara muslim dengan nonmuslim terjalin cukup baik. Akan tetapi pasca kedua kejadian tersebut, saat ini masih ada kesan hubungan antar warga muslim dan nonmuslim Inggris tidak seluwes dan secair seperti sebelumnya. Hal ini dapat dimengerti karena peristiwa pemboman di London lalu, belum lama terjadinya. Di sisi lain, patut diapresiasi secara positif bahwa pemboman di London pada Juli 2005, tidak kemudian mengarah pada aksi balas dendam yang meluas. Kondisi ini membuktikan bahwa masyarakat Inggris memiliki solidaritas dan saling menghormati yang cukup baik.

Salah satu alasan dapat dikemukakan sehubungan dengan cukup solidnya kehidupan antarwarga di Inggris, misalnya, tidak dapat dipungkiri bahwa Inggris adalah tempat percampuran budaya dan pengaruh etnis yang luas dan beragam. Keberagaman itu sedikit-banyak telah menyumbang kemajuan Inggris selama ini. Oleh karena itu, masyarakat Inggris menyadari bahwa sangat tragis dan merugikan kehidupan masyarakat Inggris sendiri jika akhirnya masyarakat mengikuti keinginan para ekstremis, yakni menciptakan kebencian antar agama, etnis, dan golongan.

Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah Inggris untuk terciptanya kehidupan harmonis antarwarga. Usaha itu, misalnya, adanya program pemerintah untuk membantu warga yang bukan berasal dari Inggris agar dapat menyatu dengan masyarakat Inggris, dan di saat yang sama juga mendorong mereka untuk menjaga identitas budaya mereka bila dikendaki. Selain itu, pemerintah juga memberikan perluasan akses pendidikan yang baik kepada kaum muslim. Fakta di bidang pendidikan formal, misalnya, ada lonjakan jumlah muslim yang cukup besar dari segi pendaftaran masuk ke universitas di Inggris dalam beberapa tahun terakhir ini. Kondisi ini dapat dijadikan indikator positif bagi prospek masa depan yang lebih baik lagi. Di sisi lain, dalam arti pendidikan yang lebih luas adalah sejak kecil semua masyarakat Inggris sudah biasa di didik untuk bergaul, belajar, dan berinteraksi dengan beragam orang dengan latar belakang etnis, warna kulit, agama, dan budaya yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan setelah anak-anak itu dewasa maka tidak muncul streotipe buruk terhadap kaum imigran (termasuk muslim didalamnya). Bagi orang dewasa maka menjadi penting juga diadakannya kampanye berkelanjutan di Inggris yang menyatakan bahwa masyarakat Inggris adalah masyarakat yang terbuka, multikultural, dan toleran kepada siapa pun. Sebagai tambahan, kaum imigran (termasuk muslim didalamnya) adalah aset berguna bagi masyarakat Inggris sehingga mereka bersama-sama akan membangun Inggris dalam semangat unity in diversity sebagaimana semboyan Uni Eropa.

KESIMPULAN

Secara historis, Islam dan Inggris telah menjalin hubungan baik sejak dahulu. Peradaban klasik Islam telah menunjukkan bahwa pada masa lalu, orang-orang Eropa termasuk Inggris didalamnya, dengan ras, agama, dan budaya yang berbeda-beda dapat tinggal bersama dan saling belajar dari satu-sama lain untuk menciptakan harmoni dunia. Di masa sekarang, masyarakat Inggris yang heterogen (multikultural) karena perbedaan budaya, agama, dan ras juga harus belajar hidup bersama untuk menciptakan harmoni yang lebih baik sebagaimana dicontohkan oleh masyarakat terdahulu.

Pasca ledakan bom di London pada Juli 2005 lalu, masyarakat Inggris sadar bahwa kehidupan damai dan toleran antar warga di Inggris perlu ditingkatkan. Dari peristiwa tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa Islam identik dengan kekerasan dan darah. Hal ini dikarenakan seseorang yang menganut Islam kemudian dia melakukan tindakan teroris seperti pengeboman di kota London Juli 2005 lalu, maka dia harus dihukum sebagai penjahat kemanusiaan (teroris). Tindakan teroris yang dilakukannya tersebut tidak berkaitan dengan ajaran Islam yang cinta damai, toleran, dan rahmat bagi semesta alam.

Upaya-upaya pemerintah Inggris untuk mencegah tindakan teroris serupa di masa mendatang, misalnya, dengan cara memperluas usaha penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah miskin, termasuk di daerah komunitas muslim. Hal ini penting karena tindakan terorisme lebih utama disebabkan alasan adanya ketimpangan dan ketidakadilan di masyarakat. Selain itu, pemerintah Inggris juga memperluas akses pendidikan bagi kaum imigran (termasuk muslim didalamnya). Karena dengan pendidikan yang baik, maka unsur radikalisme yang dapat terwujud dalam kegiatan teror seperti peristiwa Juli 2005 lalu di kota London dapat dicegah terjadi kembali.

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

IPTEK dan Kemiskinan

llmu pengetahuan teknologi dan kemiskinan di tengah-tengah masyarakat jelas sangat berhubungan walaupun itu tak terjalin secara langsung dan juga bukan lah menjadi penyebab satu-satunya kemiskinan. Sebab penyebab utama dari kemiskinan menurut saya pribadi adalah berasal dari kesadaran pola pikir dari masyarakat itu sendiri mengenai arti dari ‘SUKSES’ yang ingin mereka capai.

Setiap masyarakat yang berada di daerah pedesaan masih banyak yang tidak bersekolah karena alasan tidak adanya biaya. Alasan lainnya, ada yang mengatakan jarak dari rumah mereka ke sekolah sangat jauh sehingga mereka lebih memilih membantu orang tua mereka dalam mencari uang.

Oleh karena itu tidak heran apabila setiap masyarakat yang berada di daerah pedesan kurang mendapat pendidikan formil maupun pengetahuan teknologi dan mereka masih hidup dibawah garis kemiskinan. Jujur, saya sangat sedih melihat kehidupan anak-anak di daerah pedesaan yang kurang maju dibandingkan dengan anak-anak di kota.

Saya ingin anak-anak di daerah pedesaan bisa setara dengan anak-anak yang ada di kota. Tetapi saya mulai bisa merasa lega karena pemerintah sudah lebih bisa memperhatikan nasib rakyatnya yang kurang berkecukupan. Kini, pemerintah telah mengadakan program BOS yaitu Bantuan Operasional Sekolah. Program tersebut dapat membantu anak-anak di daerah pedesaan yang kurang mampu untuk bisa mendapatkan pendidikan wajib 9 tahun dan terbebaskan dari bayaran sekolah. Dan untuk anak yang berprestasi akan mendapat beasiswa di sekolah hingga ia bisa sampai sekolah tinggi.

Menurut saya itu dapat memotifasi anak-anak agar lebih semangat untuk belajar dan menjadikan mereka untuk lebih maju kedepannya. Anak-anak Indonesia adalah generasi penerus bagi bangsa Indonesia. Anak-anak bisa membuat bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia tidak hanya dalam bidang pendidikan tetapi dalam bidang apapun. Contohnya saja, anak Indonesia ada yang berhasil menorehkan prestasi di dunia hingga dapat membanggakan nama negar kita ini di dunia internasional.

Dengan program pemerintah tersebut, anak-anak pedesaan yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sama dengan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan. Dan semoga saja dengan diadakannya program tersebut oleh pemerintah dapat menjadikan anak-anak Indonesia lebih cerdas, maju dan berkembang serta dapat membanggakan nama Indonesia ke dunia pendidikan Internasional.

Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membantu masyarakat kita terbebas dari derita kemiskinan. Semoga negara kita dapat cepat lepas dari berbagai masalah yang telah lama menyelimuti negara kita ini. Permasalahan di negara kita ini dapat terselesaikan apabila rakyat Indonesia juga ikut membantu dan selalu kompak dalam berkehidupan bebrbangsa dan bernegara.

Kesimpulan:

Dari seluruh bahasan di atas dapat saya simpulkan, bahwa hubungan antara ilmu pengetahuan teknologi dsan kemiskinan sangat erat hubungannya. Apabila seluruh masyarakat di Negara ini dapat memiliki pendidikan dasar dan ilmu pengetahuan yang cukup, sama dengan Negara-negara lain yang sudah makmur di dunia, maka saya rasa kemiskinan di Negara ini akan berkurang. Jadi jelas sekali ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sangat penting pada masyarakat miskin di Negara kita ini.

PERKEMBANGAN SOSIAL

Perkembangan Sosial Anak-Anak

Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Menurut Yusus (2002) pada usia anak-anak bentuk-bentuk tingkah laku sosial itu adalah sebagai berikut: a) pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan, tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut. b) Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam prilaku menyerang, seperti, memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. c) Berselisih atau bertengkar (quarreling), terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan prilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya. d) Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan). Sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya. e) Persaingan (rivarly), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) orang lain. f) Kerja sama (cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerjasamanya, mereka masih kuat sikap self centered-nya. g) Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness wujud dari tingkah laku ini, seperti meminta, menyuruh dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya. h) Mementingkan diri sendiri (selfishness) yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. i) Simpati (Sympaty), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap selfish-nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN

PERBEDAAN MASYARAKAT KOTA DENGAN MASYARAKAT DESA

Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.

Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.

Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.

1. Sederhana

2. Mudah curiga

3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya

4. Mempunyai sifat kekeluargaan

5. Lugas atau berbicara apa adanya

6. Tertutup dalam hal keuangan mereka

7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota

8. Menghargai orang lain

9. Demokratis dan religius

10. Jika berjanji, akan selalu diingat

Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.

Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:

1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.

2. orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain

3. di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama dan sebagainya.

4. jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.

5. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

Stratifikasi Sosial Masyarakat Masa Hindia Belanda

Sistem pelapisan sosial stratifikasi masyarakat masa Hindia Belannda adalah secara umum masyarakat telah terbelah menjadi dua, yaitu golongabn penjajah atau penguasa, dan golongan terjajah atau rakyat. Pemisahan ini berdampak pada hak dan kewajiban dan masing-masing golongan tersebut dalam kolonial yang bersifat diskriminatif.

Golongan pertama tinggal di pusat-pusat kota dan berhak mendapatkan fasilitas lebih dalam hal ekonomi, hukum, kesehatan, serta pendidikan. Sedangkan golongan kedua hanya tinggal di kampung-kampung dengan fasilitas yang sangat sederhana. Di dalam golongan pertama ini terdapat para pejabat tinggi, tentara, pegawai-pegawai Belanda dan orang-orang imigran asing, mereka semua dianggap sebagai warga kota. Sedangkan orang-orang pribumi dianggap sebagai orang asing yang tidak boleh tinggal dipusat kota, melainkan harus tinggal di pinggir kota dan di desa.

Dalam kenyataannya, pelapisan sosial pada masa Hindia Belanda sebenarnya sangat berlapis-lapis. Seperti dalam peraturan hukum ketatanegaraan Hindia Belanda (Indische Staatsregeling) tahun 1927, lapisan sosial masyarakat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:

a. Golongan Eropa dan yang dipersamakan, golongan ini terdiri atas:

1) Orang-orang Belanda dan keturunannya

2) Orang-orang Eropa lainnya seperti Inggris, Prancis Portugis, dan lain-lain.

3) Orang-orang yang bukan bangsa Eropa tetapi telah masuk menjadi golongan Eropa atau telah diakui sebagai golongan Eropa.

b. Golongan Timur Asing, didalamnya adalah orang Cina, Arab, India, Pakistan, serta orang-orang kawasan Asia lainnya.

c. Golongan Bumi Putra yaitu orang-orang yang asli Indonesia yang disebut inlander. (Arif Rohman dkk : 2002 : 15 )

J.H. Boeke dalam Arif Rohman dkk (2002 : 15) menggambarkan tipe masyarakat saat kolonial Hindia Belanda dalam bentuk piramida sebagai berikut:

Keterangan :

= Puncak kecil berorientasi sangat kebarat-baratan. Golongan ini adalah kulit putih dan pegawai perkebunan.

= Massa / rakyat, yang kurang pendidikan dan orientasinya sangat tradisional.

Piramida tersebut melukiskan adanya kesenjangan sosial yang sangat tajam antara golongan kulit putih (Belanda) dengan masyarakat pribumi (inlander). Bagian puncaknya yang kecil menggambarkan orang kulit putih beserta para pegawainya yang keseluruhannya hanya berjumlah sedikit. Sedangkan bagian bawah melukiskan masyarakat pribumi yang walaupun jumlahnya banyak tetapi sangat memprihatinkan kondisinya dalam berbagai hal.

J.S. Furnivall dalam Arif Rohman dkk (2002 : 16) juga menggambarkan pelapisan masyarakat dalam bentuk piramida, namun lebih terlihat majemuk sebagai berikut:

Keterangan :

= Lapisan atas, orang putih, Belanda yang bekerja di perkebunan dan pemerintahan, berorientasi kepada budaya Barat.

= Masa penduduk yang terdiri atas :

a. Lapisan menengah, kelompok keturunan Asia atau Timur Asing, khususnya Cina yang menguasai perdagangan.

b. Lapisan menengah bawah, kaum priyayi, dan pamong praja

c. Lapisan bawah, yaitu rakyat atau penduduk pribumi.

Politik devide et impera pemerintah Hindia Belanda dilakukan dengan cara horizontal dan vertikal. Secara horizontal, pemerintah Hindia Belanda membenturkan perbedaan karakteristik antar daerah di Indonesia. Sedangkan secara vertikal adalah dengan batasan dan tingkatan yang tegas berdasarkan ras dan warna kulit. Dengan demikian, sistem pelapisan sosial pada masa Hindia Belanda dibentuk atas dasar kelompok-kelompok ras dan warna kulitnya. Semakin gelap warna kulitnya akan semakin kebawah lapisan sosial seseorang demikian sebaliknya. Sistem ini disebut ideologi kolonialisme karena dirancang dan ditanamkan kedalam pemahaman anggota masyarakat.

Adanya deskriminasi dalam kedudukan dan warna kulit, maka aktivitas masyarakat pribumi lebih banyak merupakan arus bawah karena dibawah masyarakat kolonial. Hindia Belanda menekan segala pemikiran dan pengaruh arus bawah supaya jangan muncul ke permukaan, dengan mempertahankan tegaknya peraturan kolonial yang melarang semua kegiatan yang berbau politik. Namun pemimpin-pemimpin tradisional lokal masyarakat Kalimatan Tengah pada umumnya, mampu memanfaat sarana yang ada pada waktu itu untuk membentuk wadah persatuan yang merupakan organisasi-organisasi seperti syariat Islam dan syarikat Dayak.

WARGANEGARA DAN NEGARA

WARGANEGARA YANG BAIK TAAT PAJAK
Kembali media massa terutama TV, minggu ini dihebohkan dan dihiasi dengan berita mengenai sinyalemen yang diungkap mantan Kabareskrim Polri Jenderal Bintang Tiga Susno Duaji tentang adanya makelar kasus (Markus) di tubuh Polri yang melibatkan dua orang jenderal polisi dan salah satu oknum staf Dirjen Pajak menyangkut dana senilai Rp 25 milyar.

Sementara disisi lain Ditjen Pajak dengan gencarnya menayangkan iklan layanan umumdi media TV dengan berbagai macam tayangan yang intinya mengingatkan para wajib pajak untuk “ JUJUR” mengisi SPT dan tidak menggelapkan kewajiban untuk membayar pajak sesuai aturan yang berlaku. Kosa kata JUJUR menjadi kata yang terus diulang dalam tayangan dengan lanjutan APA KATA DUNIA?

Ironis memang ketika ajakan kepada publik untuk berlaku jujur ternyata belum sepenuhnya diikuti dikalangan internal PAJAK itu sendiri. Ibarat pepatah “Kuman diseberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tak tampak” maka meski baru satu stafnya yang terlibat penggelapan pajak,namun masyarakat yang sudah lama mengetahui perilaku dan gaya hidup para oknum staf pajak yang nakal dimana banyak yang diluar kepatutan, seakan memperoleh titik masuk untuk segera membuka kotak Pandora yang memberikan gambaran senyatanya apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian ini menjadi momentum yang sangat berharga bagi masyarakat untuk membuktikan apa yang selama ini jadi bahan pergunjingan jika ternyata benar adanya.
Hal makelar kasus serupa sebenarnya juga terjadi di kalangan penegak hukum lainnya baik kepolisian,kejaksaan maupun pengadilan atau bahkan juga di KPK?. Maka gonjang -ganjing ini seakan melengkapi apa yang menjadi persepsi masyarakat pada umumnya tentang dugaan betapa buruknya penegakan hukum di Indonesia yang ternyata justru dibungkukkan sendiri oleh penegak hukum yang tidak lagi mampu tegak dihadapan godaan akan harta, tahta dan wanita dan melupakan neraka.

Pajak untuk siapa ?

Kembali kalau kita ditanya waktu masih duduk di bangku sekolah, pembayaran pajak untuk siapa, maka jawaban normatip akan mengatakan pajak digunakan untuk pembangunan nasional dalam rangka mensejahterakan Rakyat Indonesia. Begitu mulia tujuan dari pengumpulan pajak ini karena si kaya akan membayar lebih untuk penghasilan yang lebih banyak didapat dan si miskin akan memperoleh layanan dasar publik untuk diri dan keluarganya dari hasil pengumpulan pajak yang masuk ke APBN seperti pemenuhan layanan dasar kesehatan, pendidikan, perumahan/apartemen murah dll. Sebagai warga Negara yang baik kita akan selalu patuh membayar pajak, namun apa salahnya sebagai pemegang kedaulatan Negara, rakyat juga berhak kembali bertanya dipergunakan untuk apa sajakah pajak yang telah terkumpul dari cucuran keringat para petani yang tak kenal lelah membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) meski hidupnya dirundung penderitaan karena nilai jual hasil pertaniannya yang masih terus saja tidak layak? Salahkah jika para penganggur yang lelah mencari kerja selalu bertanya apa dan seberapa jauh peran pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja bagi diri dan keluarganya untuk hanya dapat terus bertahan hidup dan menghidupi keluarganya?

Pengalaman pribadi telah mengajarkan pada saya ketika ada pendapatan yang kena pajak maka lembaga dimana saya bekerja dengan rajinnya akan memotong pajak pendapatan dan hal ini wajar karena aturan harus ditegakkan dan sebagai warga Negara harus memahami dan iklas untuk pemotongan pajak ini. Namun menjadi lain ketika saya menjadi pengangguran berulangkali karena terkena PHK,maka sama sekali tidak ada peran pemerintah dalam membantu keluar dari permasalahan dan solusinya apa yang ditawarkan jika tidak ada lagi atau nihilnya pendapatan untuk menafkahi keluarga? Hal ini tidak hanya berlaku sekali dua kali, namun erulangkali, meski UUD Negara kita menjamin bahwa setiap warga Negara berhak memperoleh penghidupan yang layak ? Dan sungguh sangat jelas dalam Pancasila ditegaskan untuk sila kelima yang bunyinya “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

Maka menjadi hal yang biasa jika rakyat dan para aktivis mahasiswa yang masih punya nurani kerakyatan serta ICW (sebagai bagian dari masyarakat sipil yang konsisten mengawal pemberatasan korupsi) meradang dan marah serta menggalang dukungan pada kriminalisasi kasus KPK Bibit-Candra di dunia maya dan juga dunia nyata ketika korupsi yang melanda republik ini tidak kunjung dituntaskan dan hanya untuk sekedar menjaga citra saja ? Bukan hanya teroris yang menjadi musuh republik ini, tetapi para koruptor drakula penghisap darah rakyat yang tidak kalah bengisnya yang harus dilibas, digilas dan diberantas termasuk praktek markus yang jelas sangat melukai hati dan bentuk pengkhianatan paling nyata terhadap AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat). Pemerintah harus menyadari untuk secara serius dan sistematis melakukan upaya nyata dalam memberantas korupsi dan tidak menundanya lagi jika tidak ingin terjadinya gelombang dasyat tsunami kemarahan rakyat dalam bentuk people power. Rakyat sudah capek dan muak dengan segala kepura-puraan dan akan mencabut mandat yang diberikan jika pemerintah tidak amanah dan selalu bermain-main dengan kekuasaan serta mempermainkan kebenaran.

Kasus Markus di kepolisian yang juga menyeret lembaga peradilan lainnya serta Ditjen Pajak akan menambah tumpukan kayu bakar kering yang siap membakarnegeri ini jika kasus ini dicoba terus ditutup-tutupi dengan berbagai trikdan alasan yang tidak masuk akal. Kita masih ingat bagaimana kasus Bank Century telah menyakiti rakyat dan nasabah bank bersangkutan, belum lagi penderitaan rakyat miskin yang hidupnya dirasa semakin sulit dengan naiknya secara nyata meski pelan namun pasti harga sembako yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari dan mereka tidak akan peduli dengan angka makro yang ditunjukkan oleh pemerintah dalam membuktikan keberhasilannya mengatasi kemiskinan.

Belum lagi kita masih ingat sumbangan dan peran para pedagang kaki limamaupun pengusaha kecil di sektor non formal yang telah menyelamatkan perekonomian nasional disaat krisis, namun dalam berbagai tayangan tv mereka para pedagang kaki lima saat ini diperlakukan secara tidak adil oleh para Satpol PP yang berdalih menegakkan aturan Perda? Lalu apa solusinya bagi mereka yang menggantungkan hidupnya hanya dari hasil berjualan di kaki lima? Bagaimana jika para Satpol PP yang gagah perkasa dan tanpa belas kasihan mengobarak-abrik dagangan ini tiba-tiba diberi SK pemberhentian dari dinasnya tanpa ada alasan yang jelas? Pasti mereka para Satpol PP akan berdemo dan mungkin meluapkan kekesalannya secara anarkis sama seperti yang para pedagang kaki lima lakukan karena mereka kehilangan penghasilannya secara tiba-tiba ?

Pemerintah bijak sejahterakan rakyat ?

Sudah sepatutnya jika pemerintahan sekarang dibawah kepemimpinan SBY yang menjabat untuk terakhir kalinya mampu mewujudkan dan membuktikan janji-janji kampanyenya dan terlebih untuk memberikan sumbangan terbesar beliau bagi negeri ini yakni mewujudkan kesejahteraan yang telah selama hampir 65 tahun didamba oleh Rakyat Indonesia terutama mereka yang termarginalkan dan belum sempat mengenyam nikmatnya buah kemerdekaan di tanah gemah ripah loh jinawi di jamrud katulistiwa tempat dimana tongkat kayu dan batu jadi tanaman (meminjam syair lagu Koes Plus).

Pemerintah sebagai penyelenggara Negara dalam melayani kepentingan publik untuk mensejahterakan rakyatnya sebagai bentuk tanggung jawab dalam pemenuhan hak rakyat, sudah harus mulai bersikap independen, tegas dan mandiri dalam membuat kebijakan nasional baik dibidang sosial, politik maupun ekonomi yang pro rakyat dan harus meninggalkan strategi lama yang jelas-jelas tidak mampu mengeluarkan rakyat miskin dari penderitaaannya. Kita jangan lagi bermimpi bahwa ketika korupsi dibiarkan terus berjalan, maka kesejahteraan rakyat dengan sendirinya akan tercapai. Salah satu akar penderitaan rakyat saat ini adalah korupsi dan berbagai penyalahgunaan kekuasaan yang diberikan rakyat kepada pemerintah serta perusakan alam baik oleh illegal logging, penyel maupun lainnya. Maka indikator keberhasilan pemerintah tidak hanya memenuhi indikator MDG’s secara global, namun yang terpenting bagaimana program nasional yang dirancang mampu mensejahterakan rakyat dan membuat harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi tinggi di mata bangsa lainnya. Kita akan selalu dicibir jika peringkat korupsi di Indonesia untuk kawasan Asia masih saja nangkring di nomor wahid meski Presiden SBY telah berjanji dirinya sendiri yang akan memimpin pertempuran melawan korupsi.

Jadi dimana sebenarnya letak kesalahan kita sebagai sebuah bangsa sehingga kita tetap saja tidak beranjak sebagai Negara terkorup dikawasan Asia meski telah ada lembaga superbody seperti KPK dan juga ada keberanian atau kenekatan seorang jenderal yang memasang badan mengungkap adanya makelar kasus yang melibatkan dua jenderal demi pembersihan dirubuh Polri?

Mari kita junjung tinggi nilai kejujuran di semua lini kehidupan sembari memohon ampun atas segala dosa yang telah kita perbuat secara berjamaah, dan berani untuk berbalik arah jika ternyata arah haluan kapal Indonesia saat ini ternyata telah menyimpang jauh dari kompas yang telah dibuat pendiri bangsa yakni Pancasila dan UUD 45.

PEMUDA DAN SOSIALISASI

Peranan Pemuda dalam Sosialisasi Bermasyarakat

Pemuda merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekeuasaan.

Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.

Dalam sebuah pidatonya, Sukarno pernah mengorbakan semangat juang Pemuda apa kata Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.

Satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa merupakan sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Begitu kompaknya pemuda Indonesia pada waktu itu, dan apakah semangat pemuda sekarang sudah mulai redup, seolah dalam kacamata negara dan masyarakat seolah-olah atau kesannya pemuda sekarang malu untuk mewarisi semangat nasionalisime. Hal tersebut di pengaruhi oleh Globalisasi yang penuh dengan tren.

Sukarno, Hatta, Syahrir seandainya mereka masih hidup pasti mereka menangis melihat semangat nasionalisme pemuda Indonesia sekarang yang selalu mementingkan kesenangan dan selalu mementikan diri sendiri.

Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini.

Peranan pemuda dalam sosialisi bermasyrakat sungguh menurun dratis, dulu bisanya setiap ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, acara-acara keagamaan, adat istiadat biasanya yang berperan aktif dalam menyukseskan acara tersebut adalah pemuda sekitar. Pemuda sekarang lebih suka dengan kesenangan, selalu bermain-main dan bahkan ketua RT/RW nya saja dia tidak tahu.

Kini pemuda pemudi kita lebih suka peranan di dunia maya ketimbang dunia nyata. Lebih suka nge Facebook, lebih suka aktif di mailing list, lebih suka di forum ketimbang duduk mufakat untuk kemajuan RT, RW, Kecamatan, Provinsi bahkan di tingkat lebih tinggi adalah Negara.

Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

INDIVIDU DAN KELUARGA

Peran Keluarga & Masyarakat Demi Kelangsungan Individu Anak Bangsa

Keluarga adalah tempat atau lingkungan yang pertama dan utama bagi individu. Kita sejak lahir hingga saat ini di besarkan di lingkungan keluarga, sebab itu pendidikan pertama dan utama kita peroleh dari lingkungan keluarga itu sendiri, dalam hal ini peran keluarga atau khususnya orang tua sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula halnya dengan sekolah yang merupakan rumah ke dua bagi siswa sedangkan tenaga pendidik adalah orang tua atau keluarga ke dua bagi siswa, begitu pula dengan pemahaman tentang diri anak, guru dapat “memahami” siswanya ke dua setelah keluarga. Guru dapat memahami bagaimana lingkungan sosial, belajar maupun keperibadiannya hanya saja ada perbedaan pola asuh.

Slater (Elizabeth Hurlock 1974:353) mengungkapkan tentang empat pola dasar relasi orang tua-anak yang bipolar beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu :

  1. Tolerance-intolerance

Pengaruh yang mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego yang lemah pada diri anak.

  1. Permissiveness – strictness

Relasi orang tua-anak yang permisif dapat membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang impulsif.

  1. Involvement – detachment

Seorang anak cenderung akan menjadi ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan peduli . Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.

  1. Warmth – coldness

Relasi orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, relasi orang tua-anak yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Dari ke empat relasi ini hendaknya dapat kita jadikan landasan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak kita, begitu pula dengan kebutuhan-kebutuhan yang mendukung lainnya demi terbentuknya pribadi yang bermutu bagi anak-anak bangsa. Karena jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi dapat menyebabkan ke-tidak seimbangan perkembangan anak dan hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angaka putus sekolah, di satu sekolah dalam satu tahun terdapat 2-3 orang anak yang memutuskan untuk berhenti sekolah, jika kita kalikan dengan jumlah sekolah yang ada maka angka yang kita dapat akan menakjubkan sekaligus memperihatinkan.

Selain faktor sosial keluarga juga ada faktor penyebab yang tak kalah pentingnya yaitu Faktor Ekonomi

Masalah keterbatasan ekonomi sering menjadi alasan para orang tua maupun siswa untuk memutuskan hubungan dengan sekolah, siswa malu masuk sekolah lagi gara-gara di tagih uang BP3/SPP dan berapa siswa yang malu untuk sekolah gara-gara tidak bisa bayar buku atau LKS, entah berapa orang tua yang menangis datang ke sekolah dengan membawa surat keterangan tidak mampu dan berharap anaknya di bebaskan dari segala bentuk pembayaran di sekolah, ada juga orang tua yang terpaksa menjadi TKI untuk menopang kelangsungan hidup keluarga dan demi kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Kalaupun ada bantuan bagi siswa yang kuarang mampu di kucurkan oleh pemerintah namun tidak sebanding dengan jumlah siswa yang kurang mampu, kadang kala juga terkesan tidak tepat sasaran. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah dan butuh kepedulian dari seluruh elemen masyarakat.

PENDUDUK DAN MASYARAKAT



Menekan Ledakan Penduduk

Masalah kependudukan utama yang dihadapi di Indonesia adalah tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif masih sangat tinggi, dimana hal tersebut tentunya akan mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat yang pada akhirnya dapat memperlambat tercapainya tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ketidak mautahuan masyarakat akan pentingnya program KB (Keluarga Berencana) membuat angka pertumbuhan penduduk itu semakin tidak terkendali dan ujung-ujungnya akan mengkambing hitamkan pemerintah sebagai penyebab utamanya.

Memanfaatkan ajang penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk menekan laju pertumbuhan penduduk sepertinya masih ide baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dalam tulisannya beliau mengelompokkan sasaran KB kedalam tiga kelompok yaitu kelompok pertama adalah pelamar CPNS yang belum menikah, kelompok kedua pelamar CPNS usia produktif yang sudah menikah dan kelompok ketiga adalah para PNS usia produktif yang sekian tahun telah menjadi abdi negara. Dalam tulisannya beliau menjelaskan bahwa semua elemen ini menjadi sasaran KB dan akan membuat semacam pernyataan resmi bermaterai untuk membatasi jumlah kepemilikan anak mereka nantinya, baik PNS yang tentunya masih usia produktif harus juga membuat pernyataan untuk membatasi atau menghentikan program untuk memiliki anak bilamana jumlah anak mereka telah lewat dari syarat yang ditentukan.

Kurang Tepat Sasaran

Di satu sisi penulis mengapresiasi secara positif opini yang dituangkan beliau, pemikiran beliau terkesan sederhana namun mempunyai efek nasional. Sangat patut diacungkan jempol dan tentunya layak mendapat apresiasi dari para pengambil kebijakan di negara ini, pemikiran yang inovatif ini memang layak dipertimbangkan untuk segera direalisasikan. Dengan membuat konsep baru perekrutan CPNS dan regulasi baru tentang kepemilikan anak yang tentunya sasarannya adalah CPNS dan para PNS usia produktif kemungkinan besar akan mengurangi baby booming di negeri tercinta ini.

Namun disisi lain bila kita telaah lebih jauh, penulis menilai bahwa CPNS sebagai sasaran KB kuranglah tepat sasaran, karena pada dasarnya penyebab tingginya angka kelahiran adalah karena rendahnya tingkat pendidikan akan sebuah keluarga, baik siperempuan maupun laki-lakinya. Sementara kita lihat bahwa persyaratan menjadi CPNS minimal dari diploma dan bahkan kebanyakan di isi oleh orang yang berpendidikan Strata 1 dan juga Strata 2 jadi boleh disimpulkan bahwa para CPNS itu rata-rata berpendidikan menengah keatas. Meskipun memang tidak dapat dipungkiri masih banyak kita dapati PNS yang kepemilikan anaknya melebihi dari apa yang dicanangkan oleh pemerintah, namun untuk kurun waktu yang tidak lama lagi khususnya CPNS angkatan baru dengan sendirinya dan juga faktor pendidikan yang dimilikinya akan membatasi jumlah kepemilikan anak mereka nantinya. Rasa malu itu akan ada pada diri mereka karena sudah tidak zamannya lagi memiliki banyak anak dimana zaman akan menuntut kualitas bukan lagi kuantitas.

Mereka akan berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak mereka sampai jenjang tertinggi, bukan lagi berlomba-lomba untuk memperbanyak anak, karena mereka sudah tahu apa tuntutan zaman dan bagaimana permintaan pasar. Dengan demikian pendidikan sebagai wadah peningkatan kesadaran menjadi sebuah harga mati untuk percepatan penekanan pertumbuhan penduduk. CPNS yang nantinya akan menjadi PNS mempunyai standard pendidikan yang baik. Tentunya kesadaran mereka telah lebih baik dari mereka usia produktif yang standard pendidikannya rendah. Untuk itu menargetkan CPNS sebagai sasaran KB kuranglah tepat karena hal itu hanya satu bentuk intervensi yang mau tidak mau harus dipatuhi bila itu terealisasi. Menilik lebih jauh bukankah mereka yang berpendidikan dibawah standard atau mereka yang tinggal di daerah tertinggal lebih layak dijadikan sasaran KB? karena selain akses yang memadai tentunya kesadaran mereka masih jauh dari yang diharapkan.

Sasaran KB

Jadi siapa sebenarnya sasaran KB itu? Tentunya pertanyaan ini mempunyai segudang jawaban akan tetapi kita membutuhkan jawaban yang harus tepat agar dengan segera dapat meredam tingginya angka pertumbuhan penduduk pertahunnya. Selama ini sasaran KB adalah perempuan, tentunya hal ini dapat kita lihat dari banyaknya jenis kontrasepsi yang ada pada perempuan mulai dari PIL, Suntik, Susuk, IUD (Spiral) dan temuan lainnya seperti diafragma. Sedangkan pada Pria hanya kontrasepsi kondom dan program vasektomi yang masih sangat minim peminatnya. Menjadikan perempuan sebagai pemeran utama program KB sebaiknya harus segera digantikan oleh kaum Adam. Pria baik CPNS atau pun Non CPNS yang ada diperkotaan atau pun dipedesaan harus menggantikan peran perempuan tersebut. Jalan satu-satunya adalah dengan program vasektomi yang tentunya dengan pertimbangan yang sangat matang dari pasangan keluarga itu.

Laki-laki/Pria harus disadarkan untuk mau mengikuti metode vasektomi, dalam hal ini sosialisasi pemerintahpun tidak boleh terhenti disatu titik saja. Berbagai pendekatan harus segera dilakukan baik pendekatan dari segi financial atau bentuk persuasive apapun bentuknya asalkan pria tersebut dengan sadarnya mengikuti program tersebut. Mengapa harus Pria? Karena Logikanya banyak ditemui pria beristri yang mempunyai anak diluar pernikahan syahnya. Jadi dengan vasektomi kepemilikan anak akan benar-benar terhenti.

Mengingat bangsa kita adalah bangsa yang masih jauh dari kesadaran maka setiap kebijakan tentunya sangat sulit untuk dilaksanakan meskipun berbagai sosialisasi terus digalakkan. CPNS sebagai sasaran KB seperti yang diuraikan bapak Harry V Sihite, SH pada tulisan beliau sebelumnya memang sebuah gagasan baik untuk kita pikirkan bersama, akan tetapi untuk lebih menyeluruh sebaiknya semua Laki-laki/Pria yang telah menikah baik CPNS ataupun Non CPNS menjadi target utama dari program KB tentunya dengan program vasektomi yang telah diuraikan diatas.

Selasa, 20 Desember 2011

AGAMA DAN MASYARAKAT

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang ati dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agama para tasauf.
Bukti-bukti itu sampai pada pendapat bahwaagama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Agama yang diyakini, merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali pada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial dan invidu dengan masyarakat yang seharusnya tidak bersifat antagonis.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normative atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan.
Contoh kasus akibat tidak terlembaganya agama adalah “anomi”, yaitu keadaan disorganisasi sosial di mana bentuk sosial dan kultur yang mapan jadi ambruk. Hal ini, pertama, disebabkan oleh hilangnya solidaritas apabila kelompok lama di mana individu merasa aman dan responsive dengan kelompoknya menjadi hilang. Kedua, karena hilangnya consensus atau tumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai dan norma yang bersumber dari agama yang telah memberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok.
Ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari dalam mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan sejauh mana fungsi lembaga agama memelihara sistem, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan adalah suatu sistem, atau sejauh mana agama dapat mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Pertanyaan tersebut timbul karena sejak dulu hingga sekarang, agama masih ada dan mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.
Manusia yang berbudaya, menganut berbagai nilai, gagasan, dan orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku, bertindak dalam konteks terlembaga dalam lembaga situasi di mana peranan dipaksa oleh sanksi positif dan negatif serta penolakan penampilan, tapi yang bertindak, berpikir dan merasa adalah individu itu sendiri.
Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab sosial agama terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama, sampai konflik sosial. Agama dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi oleh nilai-nilai duniawi, tapi tidak menguntik hakikat apa yang ada di luar atau referensi transdental.
Aksioma teori di atas adalah, segala sesuatu yang tidak berfungsi akan hilang dengan sendirinya. Teori tersebut juga memandang kebutuhan “sesuatu yang mentransendensikan pengalaman” sebagai dasar dari karakteristik eksistensi manusia. Hali itu meliputi, Pertama, manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian juga hal penting bagi keamanan dan kesejahteraannnya berada di luar jangkauan manusia itu sendiri. Kedua, kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi kondisi hidupnya adalah terbatas, dan pada titik tertentu akan timbul konflik antara kondisi lingkungan dan keinginan yang ditandai oleh ketidakberdayaan. Ketiga, manusia harus hidup bermasyarakat di mana ada alokasi yang teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, dan ganjaran.
Jadi, seorang fungsionalis memandang agama sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan; dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur-unsur tersebut.
Fungsi agama terhadap pemeliharaan masyarakat ialah memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Contohnya adalaha sistem kredit dalam masalah ekonomi, di mana sirkulasi sumber kebudayaan suatu sistem ekonomi bergantung pada kepercayaan yang terjalin antar manusia, bahwa mereka akan memenuhi kewajiban bersama dengan jenji sosial mereka untuk membayar. Dalam hal ini, agama membantu mendorong terciptanya persetujuan dan kewajiban sosial dan memberikan kekuatan memaksa, memperkuat, atau mempengaruhi adat-istiadat.
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka norma pun dikukuhkan dengan sanksi sakral. Sanski sakral itu mempunyai kekuatan memaksa istimewa karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi, supramanusiawi, dan ukhrowi.
Fungsi agama di sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang mempersatukan mereka.Fungsi agama sebagai sosialisasi individu adalah, saat individu tumbuh dewasa, maka dia akan membutuhkan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktifitasnya dalam masyarakat. Agama juga berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua tidak akan mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadah secara teratur dan kontinu.

Senin, 12 Desember 2011

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

ILMU PENGETAHUAN
Di kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatis. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), di antaranya pandanganAristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Menurut Decades ilmu pengetahuan merupakan serba budi. Bacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Immanuel Kant mengartikan pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman. Teori Phyroo mengatakan bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan.Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Banyak teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan akan mengalami kesulitan. Sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu pengetahuan yang dikalangan ilmuwan sendiri sudah ada keseragaman pendapat, hanya akan terperangkap dalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan pleonasme atau mubazir saja.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikat yang bersifat ilmiah. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih
2. Selektif
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian

TEKNOLOGI
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisika dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani." (Eugene Staley, 1970)
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan sosial
b. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
c. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis
d. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
e. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
f. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
g. Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri

Teknik-teknik manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini telah begitu jauh dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Situasi tertekan
2. Perubahan ruang dan lingkungan manusia
3. Perubahan waktu dan gerak manusia
4. Terbentuknya suatu masyarakat massa
5. Teknik-teknik manusiawi dalam arti ketat

Akibat kondisi yang dipaparkan tadi, dampak tenik itu sendiri bagi manusia sudah dirasakan dan fenomenanya nampak. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segilintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi barat tersebut adalah :
1. Serba intensif dalam segala hal
2. Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan
3. Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam

ILMU PENGETAHUAN DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar kaitannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang ada pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masalah nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut perdebatan sengit dalam menduduk perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu dan teknologi. Sehingga kecenderungan sekarang ada dua pimikiran yaitu, yang menyatakan ilmu bebas dan nilai yang menyatakan ilmut tidak bebas nilai.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu : Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis.
Komponen Ontologis kegiatannya adalah menafsirkan hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya (das sein), melalui desuksi-desuksi yang dapar diuji secara fisik. Artinya ilmu harus bebas dari nilai-nilai yang sifatnya dogmatik.
Komponen Epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi. Sikap moral implisit pada proses tersebut. Asas moral yang terkait secara eksplisit yaitu kegiatan ilmiah harus ditujukan kepada pencarian kebenaran dengan jujur tanpa menduhulukan kepentingan kekuatan argumentasi pribadi
Komponen Aksiologis artinya lebih lengket dengan nilai atau moral. Dimana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Ilmu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia, dengan memperhatikan dan mengutamakan kodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.

KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. (Emil Salim, 1982)
Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dan sebagainya
b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri
c. Tingkat pendidikan mereka rendah
d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, berusaha apa saja
e. Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan

Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam tiga unsur,
1. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
3. Kemiskinan buatan

Kemiskinan buatan ini, selain ditimbulkan oleh struktur ekonomi, politik, sosial dan kultur juga dimanfaatkan oleh sikap "penenangan" atau "nrimo", memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.

PERKEMBANGAN SOSIAL

Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif.
Manusia tidak sekedar mengandalkan hidup mereka pada kemurahan lingkungan hidupnya seperti ketika Adam dan Hawa hidup di Taman Firdaus. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola lingkungan dan mengolah sumberdaya secara aktif sesuai dengan seleranya.
Karena itulah manusia mengembangkan kebiasaan yang melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka. Karena kemampuannya beradaptasi secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia.
Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban.
Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan dunia, baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL

A. Makna Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi.
Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.Menurut plato secara potensial manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politicon). Syamsuddin (1995) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk social. Sedangkan menurut loree (1970) sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan social terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan kelompoknya serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya.
Muhibbin (1999) mengatakan bahwa perkembangan social merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.
Hurlock (1978) mengutarakan bahwa perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan social. Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan social.
Menurut Hurlock dalam ingridwati Kurnia (2007) belajar hidup bermasyarakat sekurang-kurangnya memerlukan tiga proses, yaitu sebagai berikut:
1. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara social Agar dapat diterima dalam kelompok maka peserta didik usia SD/MI sebagai anggota harus menyesuaikan perilakunya dengan standar kelompok tersebut.
2. Memainkan peranan social yang dapat diterimaAgar dapat diterima dalam kelompok selain uaikan perilaku dengan standar kelompok, peserta didik juga dituntut untuk memainkan peran social dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah disetujui dan ditentukan oleh para anggota kelompok.
3. Perkembangan sikap socialUntuk dapat bergaul dengan masyarakat, peserta didik juga harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas social tertentu.Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
“Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks”.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial
EkonomiKehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik.

C. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN

Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah ekseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya
Masyarakat harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang
2. telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
3. adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada kepentingan dan tujuan bersama.

Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
1. masyarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat tawanan, dan lain-lain
2. masyarakat merdeka, yagn terbagi dalam :
a. masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan
b. masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sabagainya

Masyarakat perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap cirri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2. orang kota paa umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu
3. pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
4. kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
5. interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
6. pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
7. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Perbedaan desa dan kota
1. jumlah dan kepadatan penduduk
2. lingkungan hidup
3. mata pencaharian
4. corak kehidupan sosial
5. stratifikasi sosial
6. mobilitas sosial
7. pola interaksi sosial
8. solidaritas sosial
9. kedudukan dalam hierarki administrasi nasional

Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1. Wisma : unsure ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsure wisma ini menghadapkan
a. dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang
b. memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
2. Karya : unsure ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3. Marga : unsure ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
4. Suka : unsure ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
5. Penyempurna : unsure ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.

Masyarakat Pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo Kartohadi adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemeritnahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat disuatu daerah dalam hubungannya danpengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.. Menurut paul H.Landis : desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4. Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya

Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :
a. konflik
b. kontraversi
c. kompetisi
d. kegiatan pada masyarakat pedesaan

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

Dalam masyarakat dimanapun di dunia, akan selalu dijumpai keadaan yang bervariasi, keadaan yang tidak sama. Satu hal yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa keadaan di dunia selalu bergerak dinamis. Dari segi alam ternyata bahwa tumbuhan tumbuhan, tumbuh mulai dari kecil hingga besar dan dapat menghasilkan buah.
Demikian dalam kenyataan terlihat ada pohon besar dan pohon kecil, jenisnyapun berbeda.Demikian juga dengan masyarakat. “ masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Unit terkecil masyarakat adalah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Di kantor ada atasan, bawahan.. diperusahaan ada majikan, buruh. Bahkan dalam penduduk pun kita temui katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan penduduk berpendapatan tinggi.
Setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban akan terlihat dalam kedudukan (status) dan peranan (role) yang dijalankan individu tersebut. Kedudukan dan peranan merupakan unsur pembentuk terjadinya pelapisan didalam masyarakt. Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya didalam kelompok tersebut, atau tempat sebuah kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya didalam kelompok yang lebih besar lagi. Misalnya status sebagai anak didalam keluarga; status guru di sekolah ataupun status Indonesia di organisasi PBB.

Terjadinya pelapisan sosial
1. Terjadi dengan sendirinya.
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yagn menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdaarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena sifanya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pada pelaisan ini bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dimanapun sistem itu berlaku. Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada suatu strata tertentu adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau kerabat pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti.
2. Terjadi dengan disengaja
Sistem palapisan ini disusun dengan sengaja ditujuan untuk mengejar tujuan bersama. Didalam pelapisan ini ditentukan secar jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaanini, maka didalam organisasi itu terdapat peraturan sehingga jelas bagi setiap orang yang ditempat mana letakknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam organisasi baik secar vertical maupun horizontal.sistem inidapat kita lihat misalnya didalam organisasi pemeritnahan, organisasi politik, di perusahaan besar. Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem ialah :
- sistem fungsional ; merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat, misalnya saja didalam organisasi perkantoran ada kerja sama antara kepala seksi, dan lain-lain
- sistem scalar : merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertikal Pembagian sistem Pelapisan Menurut Sifatnya Menurut sifatnya maka sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi :
1. sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Didalam sistem ini perpindahan anggota masyarakt kepelapisan yagn lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Didalam sistem yang demikian itu satu-satunya jalan untuk dapat masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di India yang masyaraktnya mengenal sistem kasta
2. sistem pelapisan masyarakat yang terbukaDidalam sistem ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke pelapisan yang ada dibawahnya atau naik ke pelapisan yang di atasnya. Sistem yang demikian dapat kita temukan misalnya didalam masyarakat Indonesia sekarang ini. Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bisa ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi di samping itu orang jug adapt turun dari jabatannya bila ia tidak mampu mempertahankannya.. Status (kedudkan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri diebut “achieved status”

Kesamaan Derajat
Cita-cita kesamaan derajat sejak dulu telah diidam-idamkan oleh manusia. Agama mengajarkan bahwa setiap manusia adalah sama. PBB juga mencita-citakan adanya kesamaan derajat. Terbukti dengan adanya universal Declaration of Human Right, yang lahir tahun 1948 menganggap bahwa manusia mempunyai hak yang dibawanya sejak lahir yang melekat pada dirinya. Beberapa hak itu dimiliki tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama atau kelamin, karena itu bersifat asasi serta universal.Indonesia, sebagai Negara yang lahir sebelum declaration of human right juga telah mencantumkan dalam paal-pasal UUD 1945 hak-hak azasi manusia. Pasal 2792) UUD 1945 menyatakan bahwa, tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 29(2) menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Elite dan Massa
Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam kepemimpinan, sebaliknya dalam masyarakat tertentu penduduk tidak diikut sertakan. Dalam pengertian umum elite menunjukkan sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan.
Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.
Isilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spotnan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd,t etapi yang secara fundamental berbeda dengannyadalam hal-hal yang lain. Massa diwakili oleh orang-orang yang berperanserta dalam perilaku missal seperti mereka yang terbangkitkan minatnya oeleh beberap peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebgai dibertakan dalam pers atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas. Cirri-ciri massa adalah :
1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tignkat kemakmuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai masa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti peradilan tentang pembunuhan misalnya malalui pers
2. Massa merupakan kelompok yagn anonym, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonym
3. Sedikit interaksi atau bertukar pengalaman antar anggota-anggotanya