Islam dan Multikulturalisme di Inggris
Inggris (Britain) adalah negara Eropa Barat yang sejak dahulu hingga sekarang mempunyai pengaruh besar terhadap dunia. Pengaruh itu terlihat jelas, misalnya, dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Banyak tokoh-tokoh besar dunia yang berasal dari Inggris seperti Isaac Newton dan Charles Darwin (ilmuwan), serta William Shakespeare, Charles Dickens, dan J.K. Rowling (sastrawan).
Untuk membatasi permasalahan, penulis memilih topik kaum muslim (Islam) di Inggris yang merupakan salah satu bagian dari masyarakat multikultural Inggris. Alasan pemilihan topik ini karena pasca peristiwa tragedi kemanusiaan World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang kemudian disusul dengan peristiwa pemboman pada 7 Juli 2005 di kota London, dunia khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dilanda ketakutan (fobia) terhadap Islam. Akibatnya di Inggris, kaum muslim pasca tragedi kemanusiaan tersebut mendapatkan stigma kurang baik, diantaranya tuduhan sebagai kaum teroris dari lingkungan masyarakat sekitar. Pembahasan akan dimulai dari subjudul sosial dan budaya Inggris, Islam dan multikulturalisme di Inggris, dan diakhiri dengan kesimpulan.
Persentuhan Islam dengan Inggris sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu. Jejak persentuhan di antara keduanya dapat dilihat, misalnya, dari bukti disimpannya koin emas abad kedelapan yang diterbitkan oleh Raja Offa dari Mercia dengan tulisan Arab tercetak di kedua sisinya di British Museum, London.
Sebelum peristiwa WTC 2001 yang disusul dengan pemboman yang menewaskan 50 jiwa dan melukai 700 jiwa lainnya oleh kaum ekstremis di London pada Juli 2005 lalu, hubungan antara muslim dengan nonmuslim terjalin cukup baik. Akan tetapi pasca kedua kejadian tersebut, saat ini masih ada kesan hubungan antar warga muslim dan nonmuslim Inggris tidak seluwes dan secair seperti sebelumnya. Hal ini dapat dimengerti karena peristiwa pemboman di London lalu, belum lama terjadinya. Di sisi lain, patut diapresiasi secara positif bahwa pemboman di London pada Juli 2005, tidak kemudian mengarah pada aksi balas dendam yang meluas. Kondisi ini membuktikan bahwa masyarakat Inggris memiliki solidaritas dan saling menghormati yang cukup baik.
Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah Inggris untuk terciptanya kehidupan harmonis antarwarga. Usaha itu, misalnya, adanya program pemerintah untuk membantu warga yang bukan berasal dari Inggris agar dapat menyatu dengan masyarakat Inggris, dan di saat yang sama juga mendorong mereka untuk menjaga identitas budaya mereka bila dikendaki. Selain itu, pemerintah juga memberikan perluasan akses pendidikan yang baik kepada kaum muslim. Fakta di bidang pendidikan formal, misalnya, ada lonjakan jumlah muslim yang cukup besar dari segi pendaftaran masuk ke universitas di Inggris dalam beberapa tahun terakhir ini. Kondisi ini dapat dijadikan indikator positif bagi prospek masa depan yang lebih baik lagi. Di sisi lain, dalam arti pendidikan yang lebih luas adalah sejak kecil semua masyarakat Inggris sudah biasa di didik untuk bergaul, belajar, dan berinteraksi dengan beragam orang dengan latar belakang etnis, warna kulit, agama, dan budaya yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan setelah anak-anak itu dewasa maka tidak muncul streotipe buruk terhadap kaum imigran (termasuk muslim didalamnya). Bagi orang dewasa maka menjadi penting juga diadakannya kampanye berkelanjutan di Inggris yang menyatakan bahwa masyarakat Inggris adalah masyarakat yang terbuka, multikultural, dan toleran kepada siapa pun. Sebagai tambahan, kaum imigran (termasuk muslim didalamnya) adalah aset berguna bagi masyarakat Inggris sehingga mereka bersama-sama akan membangun Inggris dalam semangat unity in diversity sebagaimana semboyan Uni Eropa.
KESIMPULAN
Pasca ledakan bom di London pada Juli 2005 lalu, masyarakat Inggris sadar bahwa kehidupan damai dan toleran antar warga di Inggris perlu ditingkatkan. Dari peristiwa tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa Islam identik dengan kekerasan dan darah. Hal ini dikarenakan seseorang yang menganut Islam kemudian dia melakukan tindakan teroris seperti pengeboman di kota London Juli 2005 lalu, maka dia harus dihukum sebagai penjahat kemanusiaan (teroris). Tindakan teroris yang dilakukannya tersebut tidak berkaitan dengan ajaran Islam yang cinta damai, toleran, dan rahmat bagi semesta alam.
Upaya-upaya pemerintah Inggris untuk mencegah tindakan teroris serupa di masa mendatang, misalnya, dengan cara memperluas usaha penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah miskin, termasuk di daerah komunitas muslim. Hal ini penting karena tindakan terorisme lebih utama disebabkan alasan adanya ketimpangan dan ketidakadilan di masyarakat. Selain itu, pemerintah Inggris juga memperluas akses pendidikan bagi kaum imigran (termasuk muslim didalamnya). Karena dengan pendidikan yang baik, maka unsur radikalisme yang dapat terwujud dalam kegiatan teror seperti peristiwa Juli 2005 lalu di kota London dapat dicegah terjadi kembali.